Rabu, 07 Oktober 2009

Strategi Penilaian / Ujian yang Tepat untuk Remaja pada Masa Reformasi Berbasis Standard

A. Reformasi Berbasis Standard : Isu dan Titik Tekan

Pada perkembangan reformasi berbasis standard, tujuan pokok beberapa sekolah adalah menetapkan standard yang tepat untuk performenc siswa dan membangun budaya sekolah yang dapat mensukseskan siswanya. Standard yang jelas merupakan jembatan untuk mencapai prestasi hasil belajar siswa yang lebih tinggi.
Hayes Mizell mengatakan bahwa manfaat dari reformasi berbasis standard pada sekolah adalah sebagai berikut :
1) Menggambarkan apa yang seharusnya siswa pelajari dan bukan hanya apa yang diajarkan
2) Membangun norma lebih menantang untuk level-level performa siswa yang dapat diterima
3) Memastikan semua kelas pada semua sekolah berada pada system sekolah local, guru secara konsisten mengajak siswa untuk belajar dan bagaiamana sebaiknya mereka harus belajar
4) Berpegang pada system sekolah.Sekolah, guru dan administrator dapat mempertanggungjawabkan performa siswa sesuai standard

B. Tujuan Penilaian/Ujian
1) Melengkapi kurikulum dan mendorong untuk berekspansi
2) Mendorong guru agar bertangung jawab secara professional dan evaluasi
3) Membuat sekolah dapat bertanggung jawab dalam berbagai hal, tapi bukan dalam hal politik.
Penilaian/ujian juga harus bertanggung jawab terhadap tuntutan pembuat kebijakan dan orang tua; secara akurat menilai perkembangan belajar siswa dan menyajikan informasi kepada guru dan administrator untuk dapat digunakan dalam pembuatan keputusan tentang kurikulum dan pembelajaran.
Penilaian dikatakann berhasil jika :
1) Siswa mengetahui apa yang seharusnya ia pelajari, dan secara regular menjadi feedback untuk meningkatan prestasi mereka, dan mendapatkan kesempatan untuk merefleksikan pekerjaan mereka
2) Orang tua mengetahui apa yangdapat anak mereka lakukan, dan mereka akrab (mendukung) ekspektasi sekolah, serta mereka juga dapat memberikan bantuan dan dorongan
3) Guru dan administrator mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh siswa dan apa yang seharusnya mereka lakukan untuk menjadikannya lebih trampil dan pandai
4) Pembuat kebijakan atau keputusan dapat mempertanggungjawabkan informasi tentang belajar dan pencapaiannya.

C. Menentutakan Perencanaan Penilaian

Dalam mengembangkan perrencanaan penilaian, educator harus menentukan apa yang menjadi tuntutan stakeholder. Pembuat kebijakan menuntut (dan dalam kasus penting telah dimandatkan) prosedur-prosedur yang akan mensuplay mereka dengan informasi tentang pencapaian siswa. Dalam banyak kasus, informasi itu bersumber dari test yang distandarkan. Orang tua berhak untuk mendapatkan data test yang distadardkan dan juga test perform anak mereka. Dalam semua kasus, prosedur penilaian yang digunakan harus dapat diterima oleh stakeholder, informasi dikumpulkan secara akurat dan kompreshensif, serta dapat dipahami. Kepuasan pembuat kebijakan dan orang yua menjadikan sekolah itu dapat diandalkan.

D. Menggunakan penilaian Performance

Meskipun sudah ada data penting hasil test tentang pencapaian belajar siswa, tetapi sering data ini baru memberika sedikit bantuan dalam menentukan tercapainya tujuan sekolah dalam mengevaluasi efektivitas kurikulum dan pembelajaran atau dalam menentukan tingkatan dan kedalaman belajar siswa. Untuk memenuhi informasi itu, banyak educator menggunakan aneka bentuk penilaian performance.penilaian performance menurut Eisner maksudnya lebih dekat dengan mengukur kemampuan siswa untuk mencapai aspirasi yang kita berikan kepada mereka dari bentuk test konvensional yang distandardkan. Clark menggambarkan penilaian performance sebagai berikut :
1) Mereplikasi tugas-tugas otentik-konstruktif yang mencerminkan “real life”
2) Menilai pengetahuan dalam bentuk yang konstruktif untuk dapat digunakan pada pembelajaran berikutnya
3) Menuntun siswa untuk berkreativitas menemukan jawaban sendiri bukan menjastifikasi, memilih aktivitas belajar sendiri serta penilaian yang digunakannya
4) Melayani kebutuhan siswa
5) Mendokumentasikan apa-apa yang telah siswa lakukan atau pelajari dalam satu periode waktu
6) Menuntut siswa untuk mencapai tujuan dengan baik, memonitor perkembangan mereka, dan mendain remedial
7) Mengijinkan guru untuk memacu siswa mengungkapkan pertanyaan dan argumentasi, da melakukan aksi terhadap persoalan yang diberikan.
Zessoul dan Gardner mengidentifikasi 4 hal penting dalam menerapkan budaya penilaian performance di ruang kelas, yaitu :
1) Memupuk pemahaman yang kompleks
2) Mengembangkan kebiasaan berfikir reflektif
3) Mendokumentasikan perembangan pemahaman siswa
4) Menggunakan penilaian sebagai moment untuk belajar.
Sekolah harus mempunyai program penilaian yang terus dikembangkan secara responsive guna melengkapi kurikulum dan mengembangkanya, meningkatkan guru dalam mendesain dan mengimplementasikan pwnilaian, dan menyiapkan siswa dengan tantangan dan lingkungan belajar yang efektif.

Kamis, 13 Agustus 2009

PRINCIPLES OF ASSESSMENT

BAB I
PENDAHULUAN

Penilaian merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dalam sebuah system pendidikan. Dalam keseharianpun disadari ataupun tidak, kita selalu melakukan penilaian. Suatu contoh ketika kita mau membeli buah durian atau yang lainnya. Kita tidak serta-merta membelinya, tapi melakukan penilaian terlebih dahulu agar hasilnya memuaskan. Maksudnya, penilaian itu penting dilakukan apalagi dalam pembelajaran. Sudjana (2004:247) mengatakan bahwa penilaian merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Mengikuti pandangan tersebut dapat dinyatakan bahwa seorang guru professional harus memahami peran penting penilaian dan implementasinya dalam pembelajaran.
Burhanudin Tola dan Fahmi (2003:3) menambahkan pendapat tersebut di atas. Keduanya mengatakan bahwa penilaian merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru professional. Dengan penguasaan evaluasi, guru dapat melakukan penilaian dengan benar terhadap proses dan hasil belajar mengajar. Pelaksanaan penilaian yang benar akan menghasilkan data dan informasi yang akurat tentang pencapaian hasil serta tingkat efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Tetapi sebaliknya, jika seorang guru salah dalam tindakan ini akan berdampak fatal pada proses pemeblajaran berikutnya.
Perkembangan proses pembelajaran bergantung pada penilaian guru terhadap siswanya. Pembelajaran akan stagnan atau mungkin tidak dapat diketahui hasilnya tanpa penilaian. Begitu besar dan pentingnya penilaian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Tetapi masih banyak orang salah menafsirkan makna penilaian dan mengimplementasikannya di lapangan. Berdasarkan data yang penulis kutip dari Sudjana (2004:248) dinyatakan bahwa penilaian sering disalahartikan dan kadang-kadang dianggap sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan dan kelemahan program, seseorang, atau kelompok yang melaksanakan program.
Untuk maksud itulah, penulis mengakaji persoalan penilaian. Adapun rincian persoalan yang akan dibahas dalam laporan atau makalah ini adalah apakah pengertian penilaian itu, bagaimana hubungannya dengan evaluasi, pelaporan, dan apakah prinsip-prinsip penilaian itu. Makalah ini bersumber utama dari artikel yang ditulis oleh Paul Gathercoal pada “The Clearing House” dengan judul “The Principles of Assessment”. Ia adalah seorang asisten professor di Gustavus Ahlphus Collage, Saint Peter, Minnesota.























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian

Paul (2009:113) mengatakan dalam abstraksinya bahwa penilaian siswa merupakan sesuatu yang sangat popular dan menjadi kegiatan yang penting bagi seorang guru. Hal ini merupakan kewajiban seorang guru dalam memberikan penilaian terhadap prestasi akademis siswa. Penilaian ini menurutnya bergantung pada persepsi guru yang bersangkutan. Artinya dalam hal tertentu muncul subjektifitas, tetapi hal ini dapat dihindari pada jenis tes objektif.
Burhanudin (2003:4) mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses sistemitik dan sistemik, mengumpulkan data dan atau informasi, menganalisis, dan selanjutnya menarik kesimpulan tentang tingkat pencapaian hasil dan efektifiatas serta evisiensi suatu program pendidikan. Dalam hal ini penilaian dipandang secara luas, dan secara sederhana Sondang P Siagian (1984:141) menejelaskan bahwa penilaian adalah proses pengukuran dan pembandingan daripada hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Kedua pandangan ini sepakat bahwa penilaian adalah suatu proses, artinya ia adalah sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus, tidak berhenti ketika telah dilakukan sekali, tetapi menjadi perbaikan untuk berikutnya, kemudian pada pelaksanaan berikutnyapun dilakuakan penilaian dan seterusnya.
Sudjana (2004:251) berpendapat bahwa penilaian merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pegambilan keputusan. Dalam pandangan ini, penilaian mengandung tiga unsur penting, yaitu kegiatan sistematis, data atau informasi, dan pengambilan keputusan. Kegiatan sistematis mengandung makna bahwa penilaian harus dilakukan melaui prosedur tetntu yang tertib. Artinya, penilaian itu dilakukan berdasarkan tata aturan yang sudah baku. Unsure kedua adalah penilaian diperoleh melalui upaya pengumpulan data atau informasi, pengolahan, analisis, deskripsi, dan penyajian dengan menggunakan metode dan teknik ilmiah. Unsur ketiaga adalah pengambilan keputuasan yang menekankan bahwa data atau informasi yang disajikan itu akan bernilai guna untuk proses berikutnya.
Sampai di sini dapat dipahami bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dalam mengumpulkan data atau informasi kemudian mengolah, menganalisis, dan selanjutnya menarik kesimpulan tentang tingkat pencapaian hasil dan efektifiatas serta evisiensi suatu program pendidikan. Dalam hal ini, terdapat tiga istilah, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran merupakan proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang baku / yang sudah ditetapkan. Untuk dapat melakukan penilaian, kita terlebih dahulu harus melakukan pengukuran. Sebagai contoh; jika ada meteran, sebelum menentukan mana anak yang lebih tinggi, kita harus mengukur dahulu anak itu dengan meteran tadi. Setelah mengetahui tinggi masing-masing, maka kita memberikan penilaian terhadap keduanya. Adapun evaluasi mencakup kedua itu dan kemudian melakukan analisis terhadap kedua anak tadi.
Jubaedi Lababa dalam sebuah blog menyatakan bahwa pengukuran ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.

Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan jubaedi adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang yang saling berhubungan dan dilaksanakan harus secara hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

B. Hubungan Penilaian, evaluasi, dan Pelaporan (Raport)

Paul (2009:113) mengatakan bahwa guru harus memiliki profesionalitas, etika, tanggungjawab legal untuk menyampaikan keakuratan dan pembenaran pengetahuan mereka tentang pencapaian akademik siswa. Keakuratan dan pembenaran tentang pencapaian akademik siswa ini sering mengecewakan hubungan intrinsic antara penilaian, evaluasi, dan pelaporan. Selanjutnya ia berpandangan bahwa meskipun banyak guru berpandangan bahwa penilaian, evaluasi dan pelaporan itu merupakan hal yang terpisah dalam praktek pendidikan, kenyataannya ketiga aspek itu tidak dapat dipisahkan.
Paul (2009:114) berpandangan bahwa evaluasi adalah proses penentuan efektivitas dari sebuah pendidikan, kursus, unit kerja, atau strategi pengajaran tertentu. Sebagai bagian dari proses ini, nilai keadilan harus diterapkan dalam memperoleh informasi tentang penilaian siswa. Dengan menentukan prestasi akademik siswa dan prestasi penting ini, pendidik membuat keputusan tentang masa depan mereka untuk pengalaman belajar siswa. Di samping itu, penilaian terhadap prestasi akademik siswa juga digunakan untuk mengembangkan kurikulum dan pengajaran / strategi pembelajaran. Evaluasi dan penilaian dapat dinyatakan sebagai mitra dalam menentukan isi, struktur, dan strategi pengajaran. Bersama-sama, mereka bertindak sebagai pedoman untuk membimbing kursus atau suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pelajaran dan tujuan akhir. Hubungan Intrinsik antara evaluasi dan penilaian ini dapat keluar dari kebenaran dan keakuratan dalam penilaian siswa karena guru - pada beberapa tingkat kesadaran - tahu bahwa penilaian terhadap mahasiswa/pelajar mereka dan raport akademik dipengaruhi oleh persepsi umum dari kurikulum dan bagaimana harus dilaksanakan.
Sunarto dalam sebuah web. mengatakan bahwa Tujuan dari penilaian adalah untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
Di samping hal tersebut, penilaian juga berfungsi untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi. Hal ini berlangsung secara terus-menerus dilakukan oleh guru pada setiap akhir pembelajaran. Ketika seorang anak telah menguasai suatu kompetensi, maka ia diperbolehkan untuk melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik. Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Pelaporan (raport) menurut Paul juga pada hakekatnya terkait dengan penilaian dan evaluasi. Pelaporan memberikan informasi tentang prestasi akademik siswa serta akan mempengaruhi masa depan pendidikan siswa dan lapangan kerja dengan memberikan informasi untuk masa depan perusahaan dan lembaga pendidikan. Namun, laporan juga tidak langsung memberikan umpan balik yang menggunakan administrator untuk mengambil keputusan tentang guru dan program studi. Laporan yang dapat mempengaruhi masa depan tingkat partisipasi siswa, sumber alokasi, dan dirasakan perlu untuk meningkatkan kurikulum dan pengajaran pada tahap berikutnya.
Evaluasi dan penilaian berfungsi sebagai kompas membantu guru dan pelaksanaan rencana kurikulum yang akan menentukan, dan membantu siswa untuk mencapai tujuan, hasil dan tujuan dari kursus. evaluasi dan pelaporan bersama-sama, bagian dari sebuah siklus yang menyediakan informasi tentang masing-masing siswa, instruktur, program studi, pendidikan dan lingkungan. Bila ketiga proses yang dirasakan dengan cara ini, guru cenderung tetap fleksibel terbuka untuk negosiasi. Ini adalah tugas bersama oleh siswa, orang tua dan perawat, pendidik, administrator, politisi, dan anggota masyarakat yang bersangkutan, yang harus berusaha untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Bagi siswa, penilaian yang kemudian disampaikan dalam bentuk raport bermanfaat sebagai cerminan prestasi dalam bidang akademik. Ia mengetahui kemampuan dirinya. Jika hasilnya memuaskan, maka nilai itu akan semakin memotivasi dirinya untuk semakin giat belajar. Tetapi jika tidak memuaskan, maka diharapkan ia mengaca diri dan memperbaiki sikap belajarnya.
Manfaat yang dapat diambil guru dari penilaian adalah :
1.Mengetahui siswa mana saja yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, dan siswa yang belum berhak, kemudian mencari sebab-sebab kelemahannya
2. Mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa yang kemudian menjadi acuan untuk pembelajaran berikutnya
3. Mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika perolehan nilai siswa mayoritas jelek, maka guru harus mengganti metode dan pendekatan dalam pembelajarannya.
Adapun bagi sekolah, ketiga kegiatan ini bermanfaat untuk :
1. Mengetahui kondisi sarana prasarana yang perlu mendapat perhatian
2. Perbaikan kurikulum di masa mendatang
3. Menentukan standar kelulusan.
Dari aspek di atas dapat dinyatakan bahwa kegagalan atau keberhasilan suatu proses pembelajaran atau hasil penilaian tidak terletak pada satu aspek saja, melainkan keseluruhan komponen. Semua saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pembelajaran adalah sebuah system, begitu juga penilaian. Meskipun demikian, Guru, tetap harus memiliki, etika, dan tanggung jawab profesional untuk berkomunikasi kepada siswa, orang tua dan stake holder berkaitan dengan hasil penilaian tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka mengahargai dan menghormati hasil kerja siswa dan peran penting stake holder dalam proses pembelajaran.
Hubungan ketiga aspek tersebut dalam sebuah pembelajaran dapat dibuatkan diagram sebagai berikut :


C. Prinsip-Prinsip Penilaian

Paul (2009:116-117) berpendapat bahwa sebagai bentuk tanggung jawab professional guru, ia harus mengetahui 7 prinsip penilaian, yaitu penilaian harus :
1. Fokus pada belajar dan prestasi akademik. Penilaian dilakukan dalam rangka memberikan kontribusi untuk meningkatkan belajar siswa, memacu siswa untuk melakukan yang terbaik, memberikan peluang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif di kelas dan dan penyelesaian tugas untuk mendapatkan kemampuan baru dan memperoleh pemahaman mereka. Selalu tahu cara belajar yang berbeda, harga, dan budaya dan memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk mendokumentasi prestasi akademik mereka.
2. Memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa. Pastikan praktek penilaian siswa yang termasuk kelas, ras umur jenis kelamin, orientasi seksual, dan cacat. Jika seorang siswa tidak bisa ke kelas, dia diberikan tugas yang meliputi bahan yang sama. Ketika membentuk kelompok belajar, pastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi.
3. Pastikan bahwa praktek penilaian dan nilai-nilai disiplin harus kongruen (sama/harmonis). Beasiswa adalah hal penting, dan penilaian, evaluasi, serta pelaporan harus mencerminkan nilai di dalam setiap disiplin pada sekolah, akademi, departemen, dan fakultas tempat belajar. Dengan kata lain, standar-standar tertentu harus ditetapkan, dan pendidik harus menghindari praktek-praktek penilaian siswa yang didasarkan pada peningkatan dan / atau usaha. Menetapkan standar yang dapat diterima untuk kesopanan dan beasiswa dan mengajarkan kepada mereka standar.
4. Mengenali keterbatasan. Semua penilaian, evaluasi dan pelaporan praktek akan memiliki keterbatasan; mengakui mereka karena mereka muncul, dan bila perlu, mereka beristirahat di kursus silabus. (Misalnya, kirim siswa apakah mereka akan dikenakan sanksi karena tidak memenuhi batas waktu.) Ini adalah informasi yang berharga kepada mahasiswa yang dapat memilih untuk mengambil berbagai kursus atau redesign strategi belajar mereka berdasarkan keterbatasan yang diakuinya. Namun, diketahui bahwa pelayanan pemberitahuan dalam silabus tidak memungkinkan Anda untuk kelas bawah untuk masalah perilaku atau sikap. Jika Anda memilih untuk melakukannya, namun Anda harus memberitahukan masa depan perusahaan dan lembaga pendidikan dengan fakta bahwa kelas termasuk sikap dan perilaku serta prestasi akademik, hanya menyatakan bahwa kebijakan grading yang ada dalam kelas ini tidak mencapai tujuan. Jika penilaian sikap dan perilaku mendapatperhatian yang besar bagi guru, ia harus menggunakan laporan naratif; tidak pernah mencoba untuk berkomunikasi masalah ini melalui nilai akademik.
5. Lakukan hubungan yang sportif. praktek penilaian yang sangat kompetitif cenderung dengan rugi mempengaruhi hubungan. Guru harus meningkatkan kerjasama dan sikap menghormati di dalam kelas. Menyarankan rekan pelatihan bagi mereka dengan masalah akademik. Melibatkan masyarakat sebagai sumber daya pendidikan dan melibatkan semua orang dalam diskusi tentang penilaian, evaluasi, dan pelaporan. Jadilah fleksibel di tingkat prinsip, keseimbangan hak-hak individu dan hak-hak dan kepentingan masyarakat, dan berkomunikasi dengan jelas prinsip-prinsip di mana Anda beroperasi.
6. Memandang siswa/mahasiswa sebagai peserta aktif dalam proses penilaian. Mengundang dan menilai sendiri dan bertindak berdasarkan penilaian tersebut sebagai dasar untuk penilaian, evaluasi, dan pelaporan. Bila tepat, memungkinkan kesempatan siswa untuk menebus pekerjaan mereka. Siswa dapat didorong untuk berbagi tugas kerja mereka dengan satu sama lain selama membutuhkan bagian dari kelas pertama, yang memungkinkan mereka untuk melakukan penilaian diri cepat. Kemudian siswa dapat memutuskan apakah mereka perlu Redo penugasan atau mereka benar-benar bekerja terbaik, siap untuk pengawasan dari guru. Praktek seperti itu menunjukkan bahwa tidak ada sanksi bagi yang telat lembar kerjanya (sebuah pendekatan yang mungkin tidak sesuai untuk beberapa kelas, misalnya, jurnalistik).
7. Melaporkan penilaian siswa dengan konsisten dan cara yang berarti. raport harus menginformasikan kepada audiens yang lebih luas tentang 'prestasi akademik siswa, harus konsisten dengan penilaian praktek kerja, dan akan bermakna bagi semua orang yang membutuhkan untuk mengetahui. Ada preseden legal yang melekat pada prinsip ini. Seperti yang telah diingatkan (Gathercoal 1993), siswa yang bebas tidak boleh bergantung pada apa yang [guru] pikir [lapor]yang berarti, tapi apa yanpada konsensus yang luas dari orang-orang yang menginterpretasikan [raport] itu bermakna (139). Oleh karena itu, laporan harus komprehensif dan harus menyampaikan penilaian yang akurat tentang prestasi akademik kepada semua orang-orang yang prihatin dengan siswa di masa depan siswa.

Secara sederhana, prinsip penilaian itu diutarakan oleh Suharsimi (2004:24-25) dalam satu prinsip umum dan penting, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Triangulasi tesebut dapat digambarkan pada bagan berikut :

Tujuan



KBM Evaluasi

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, dan tujuan yang hendak dicapai itu harus dapat diimpleentasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah dicapai, dan evaluasi itu disusun berdasar pada tujuan yang telah direncanakan/dirumuskan.
KBM dirancang dan disusun berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, alat evaliuasi juga disusun berdasarkan pada tujuan tersebut. Di samping itu, evaluasi juga disusun menyesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Contoh: Jika KBM yang dilaksanakan oleh guru dengan menitik beratkan pada keterampilan, maka evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuannya. Sebuah kenyataan yang sering terjadi bahwa evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan dengan tes tertulis dan menekankan aspek pengetahuan saja, sedangkan aspek-aspek lain kurang mendapatkan perhatian.
Penulis memandang bahwa pemaparan Paul lebih bersifat teknis, sedaangkan pandangan Suharsimi bersifat umum. Paul menyoroti penilaian yang berfokus pada peningkatan belajar siswa, persamaan kesempatan, penetapan standar penilaian, perhatian akan keterbatasan kemampuan siswa, menjalin hubungan yang sportif, menghargai partisipasi siswa dalam penilaian, dan penyampaian nilai secara konsisten dan bermakna. Tampak dalam pandanga Paul sikap aktif siswa dalam berpartisipasi aktif dalam belajar, meningkatkan partisipasinya dalm belajar dan pemberian nilai.
Sedangkan dalam pandangan Suharsimi, kapasitas guru terhadap hasil penilaian lebih kental dalam menciptakan strategi pembelajaran dan pencapaian tujuan sepihak dengan krang mengaktifkan partisipasi siswa di dalamnya. Penulis beranggapan bahwa guru dalam hal ini kapasitasnya sebagai manajer di dalam kelasnya. Ia berperan aktif dalam merancang desain pembelajaran berdasarkan tujuan, dan juga menyusun evaluasi berdasarkan tujuan itu sesuai dengan KBM yang direncanakan.
























BAB III
PENUTUP

Penilaian merupakan proses sisemik dan sistematik melalui pengumpulkan data data dan informasi, menglah, menganalisis, dan selanjutnya menarik kesimpulan tentang tingkat pencapaian hasil dan efektifiatas serta evisiensi suatu program pendidikan. Dalam hal ini, dapat dibedakan tiga istilah, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran merupakan proses membandingkan suatu objek dengan standar yang telah ditentukan dan bersifat kuantitatif. Penilaian merupakan pemberian makna dari pengukuran dan bersifat kualitatif, dan evaluasi mencakup keduanya dan melakukan analisis dari hasil penilaian itu.
Penilaian, evaluasi, dan raport merupakan satu kesatuan yang saling berhungan dalam pelaksanaan peran dan fungsinya. Penilaian dan evaluasi merupan mitra dan kompas yang membantu guru dalam pencapaian tujuan sedangkan raport merupakan sarana yang menyampaikan informasi itu kepada siswa, orang tua dan stake holder lainnya yang membutuhkan, seperti lembaga pendidikan berkutnya atau lapangan kerja.
Penilaian berfungsi sebagai grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi. Di samping itu, penilaian juga bertujuan untuk menentukan prestasi akademik siswa, membuat keputusan tentang masa depan mereka untuk pengalaman belajar siswa, mengembangkan kurikulum dan pengajaran / strategi pembelajaran.
Prinsip – prinsip penilaian secara umum dapat dapat dilihat adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, dan tujuan yang hendak dicapai itu harus dapat diimpleentasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah dicapai, dan evaluasi itu disusun berdasar pada tujuan yang telah direncanakan/dirumuskan.
Lebih teknis lagi, prinsip itu dapat dikategorikan dalam 7 (tujuh) hal yang menekankan partisipasi aktif siswa dan stake holder. Ketujuh prinsip itu adalah sebagai berikut :
 Fokus Pada Peningkatan Belajar
 Memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa
 Penilaian sesuai dengan standar baku
 Mengenali keterbatasan
 Lakukan hubungan yang sportif
 Memandang siswa/mahasiswa sebagai peserta aktif dalam proses penilaian
 Melaporkan penilaian siswa dengan konsisten dan cara yang berarti




















DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Utama
Gathercoal,Paul, “Principles of Assessment” The Clearing House. 69.n1 (Sept – Oct 1995):59 (3). Info Trac Humanities & Education Collection. Gale. Universitas Islam Nusantara. 16 June 2009

B. Sumber Penunjang
1. Arikunto, Suharsimi, 2004, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi Aksara
2. Lababa, junaedi, pada http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html ,
3. Siagian, Sondang P, 1984, Filsafat Aministrasi, Jakarta : Gunung Agung
4. Sudjana, 2004, Manajemen Program Pendidikan, Bandung : Falah Production
5. Sunarto, pada http://sunartombs.wordpress.com/2009/07/14/pengertian-penilaian-otentik/
6. Tola, Burhanudin, dan Fahmi, 2003, Standar Penilaian di Kelas, Jakarta : DEPAG RI

Kamis, 30 April 2009

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Judul :

“MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN AFEKTIF SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IMAN KEPADA HARI AKHIR. MELALUI METODE MULTI MEDIA”

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX B Semester Genap di SMP Negeri 4 Kota Serang)

B. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi tidak saja berdampak positif dalam pendidikan, melainkan juga berdampak negatif dalam pembentukkan karakter siswa. Siswa SMP merupakan masa remaja; fase mencari jati diri, dan memiliki keinginan untuk mengetahui segala sesuatu yang tinggi, serta ingin mencoba-coba, bahkan tidak sedikit dari mereka melampaui batas tata tertib sekolah, norma social, agama, dan negara. Perkelahiran remaja sering terjadi karena alasan sepele.

Siswa kurang memahami tentang iman kepada Hari Akhir, dan lebih sedikit lagi dari mereka yang memahami itu yang menginteralisasikan keimanan itu kedalam hati (afektif) mereka. Memberikan pemahaman kepada siswa tentang keimanan cukup sulit, dan membimbing siswa untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai keimanan itu lebih sulit. Pemahaman siswa tentang Iman kepada Hari Akhir dapat memotivasi mereka dalam belajar, hidup disiplin, semangat juang untuk mencapai-cita, dan tidak putus asa. Tapi realita yang terjadi, siswa masih sering melanggar aturan , semangat belajar kurang, bentuk tawakal masih jarang ditemukan dalam diri mereka, bahkan nilai harian siswa tentang iman kepada hari akhir rata-rata belum mencapai nilai minimum yang ditargetkan oleh DEPAG yakni harus mencapai angka 75. Sampai saat ini, Guru agama baru memberikan bimbingan atau bantuan dalam pembelajaran kepada siswa tentang iman kepada hari akhir melalui verbalistik dan tanpa media lain kecuali al-quran dan buku paket. Nampaknya, hal ini belum mampu menyentuh kompetensi kognitif yang lebih tinggi begitu pula afektifnya.

Dalam situs internet www.learning.cqu.edu.au/curric_design.php hal 11 dinyatakan bahwa ranah kognitif mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi. Adapun ranah afektif mencakup aspek penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, pembentukkan pola, Selama ini, pembelajaran baru sampai tingkat penegetahuan dan pemahaman pada ranah kognitif dan penerimaan pada aspek afektifnya. Sehingga ketika keluar kelas, siswa tidak dapat mengaplikasikan hasil belajarnya. Padahal arus positif dan negative globalisasi semakin deras dan terus meningkat.

Hal tersebut dapat menjadi ukuran bahwa pemahaman dan afektif siswa tentang iman kepada takdir Allah SWT masih kurang dan perlu mendapat perhatian. Ditambah lagi dalam kenyataan dewasa ini, anak-anak mulai mengikuti selera orang dewasa dalam music, judul-judul yang dilantunkanpun umumnya berjudul untuk orang dewasa. Kita lihat idola cilik; umumnya mereka lebih tampil meyakinkan ketika mereka menyanyikan lagu-lagu cinta. Konsert panggung band-band music nasional maupun local cukup banyak digandrungi oleh anak-anak remaja terutama SMP/SMA. Tapi bagaimana dengan majlis taklim, tablig akbar, pengajian-pengajian di musholla? Sangat jarang ada remaja di sana. Hal ini menunjukkan bahwa minat mereka dalam bimbingan dan internalisasi nilai-nilai ilahiyah sangat minim. Suatu kesimpulan sementara dapat dinyatakan bahwa kegiatan keagamaan tidak menarik untuk mereka. Persoalannya sekarang adalah bagaimanakah mengemas perihal itu agar menarik ? Disinilah kompetensi guru harus diaplikasikan sehingga pembelajaran dapat dikemas dan menarik minat siswa. Dalam hal ini, E Mulyasa (2008:173) mengatakan bahwa seorang guru harus mampu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

Sampai saat ini, Guru agama di SMP Negeri 4 Kota Serang belum pernah menggunakan teknlogi dalam pembelajarannya. Multi media merupakan salah satu teknlogi pendidikan di era global yang dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran . Guru agama cukup tertinggal dalam penguasaan teknologi ini. SMP Negeri 4 Kota Serang memiliki satu laptop dan dua in focus yang belum diberdayakan oleh guru agama. Dua perlengkapan ini dapat dijadikan media dalam menggunakan metode tersebut di atas. Hanya seorang guru tinggal menyusun perangkat lunaknya.

Penyusunan perangkat lunak membutuhkan keahlian dan kreativitas. Guru agama kurang memahami persoalan tersebut. Padahal metode ini dimungkinkan dapat menumbuhkan minat siswa dalam meningkatkan pemahaman dan afektifnya pada standar kompetensi dan kompetensi dasar materi pokok yang bersangkutan. Untuk itulah penyusun mencoba untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran iman kepada takdir Allah SWT di kelas IX B dengan menggunakan metode multi media.

2. Rumusan Masalah

Masalah yang yang akan dianalisis dalam penelitian tindakan kelas saat ini adalah “Apakah proses pembelajaran iman kepada Hari Akhir dengan menggunakan metode multi media dapat meningkatkan pemahaman dan afektif siswa ?”

C. Cara Pemecahan Masalah

Dalam pemecahan masalah rendahnya pemahaman dan afektif siswa pada pokok bahasan iman kepada takdir Allah SWT, pembelajaran dapat dilakukan dengan metode multi media.

D. Hipotesa Tindakan

Pembelajaran iman kepada hari akhir bila dilakukan dengan menggunakan metode multi media diduga akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek pemahaman dan afektifnya, karena lebih mendahulukan prinsip belajar siswa aktif, kreatif, menyenangkan, dan akan dapat lebih melayani kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Siswa akan dimotivasi dengan iringan audio dan visual. Adapun tahapan pelaksanaannya secara rinci akan dijelaskan pada uraian rencana tindakan

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

b. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengemas metode multi media

c. Untuk meningkatkan minat siswa dalam berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran

d. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam aspek pemahaman dan afektifnya.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dan juga guru agama. Manfaat bagi siswa adalah: (a) Dapat meningkatkan motivasi belajar; (b) Dapat meningkatkan kreativitas ; (c) Dapat meningkatkan pemahaman dan afektifnya. Sedangkan bagi guru adalah: (a) Dapat meningkatkan penguasaan multi media dan menyusun perangkat lunaknya ; (b) Meningkatkan kreativitas, dan (c) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian.

F. Kerangka Teori

1. Multi Media

Pembelajaran Multimedia adalah suatu kegiatan belajar mengajar di mana dalam penyampaian bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa, guru menggunakan atau menerapkan berbagai perangkat media pembelajaran. Adapun media pembelajaran itu sangatlah beraneka macam, baik itu dalam bentuk media cetak, media / alat peraga ataupun media elektronik. Media cetak sudah sangat lazim bagi guru maupun siswa, media cetak meliputi buku paket, buku referensi, majalah, tabloid, koran, atlas / peta atau mediamedia cetak lainnya. Alat peraga meliputi model / bentuk, globe, relief, gambar bagan, alat musik, dll. Sedang media elektronik meliputi TV, Radio, Tape Recorder, OHP, Komputer, LCD Proyektor, Slide, dll. Secara khusus penulis membatasi permasalahan ini dengan pembahasan penggunaan media elektronik / komputer, berikut dengan pemanfaatan hardware, software dan alat - alat pendukung lainnya dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Multimedia adalah penggunaan komputer dan LCD proyektor untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu ([tool]) dan koneksi ([link]) sehingga pengguna dapat ber-([navigasi]), berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Siswa dapat lebih menyenangkan dan aktif dalam pembelajaran. Peneliti pernah menggunakan metode ini dalam kegiatan sanlat Romadlon 1428 H, siswa sebagai peserta tampak mengikuti kegiatan ini dengan menyenangkan. Lebih lanjut, penulis akan paparkan pada bagian berikutnya.

Menurut Romi Satria Wahono dalam eLearning http://romisatriawahono.net /2008/03/03/7- langkah-mudah-membuat-multimedia-pembelajaran/ ada7 langkah mudah mengembangkan multimedia pembelajaran, yaitu :

1. Tentukan jenis multi media pembelajaran

2. Tentukan tema materi ajar

3. Susun alur cerita (story board)

4. Mulai buat sekarang juga

5. Gunakan teknik ATM

6. Tetapkan target

7. Ingat terus dari success story yaitu :

  • Berani mencoba dan mencoba lagi
  • Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku)
  • Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas.

Sedangkan menurut Ides Fidianto dalam http://media.diknas.go.id/ media/document /5335.pdf Ada 3 tahapan dalam pembelajaran multimedia. Yaitu :

1. Persiapan awal :

1.1 Menyiapkan Rencana Pembelajaran

1.2 Mengumpulkan data-data yang diperlukan, gambar atau film / slide (jika

dimungkinkan ada)

1.3 Menyiapkan perangkat komputer ( software yang diperlukan )

2. Pembuatan presentasi untuk pembelajaran.

2.1.Tidak harus semua materi yang akan diajarkan diinformasikan semua dalam presentasi. Dibutuhkan jiwa seni bagi seorang guru dalam membuat design presentasi pembelajaran.

2.2.Presentasi mencakup pokok-pokok materinya saja.

2.3.Menyisipkan gambar-gambar, film atau suara jika diperlukan.

2.4.Sebaiknya pada akhir presentasi dibuatkan soal-soal atau tugas-tugas

untuk siswa.

3. Pelaksanaan :

3.1.Sebelum pelajaran dimulai guru menyiapkan tempat presentasi. Ruang

presentasi dapat menggunakan perpustakaan atau laboratorium.

3.2.Menyiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan misalnya, komputer,

LCD proyektor, screen proyektor, microphone dan pengeras suara.

3.3.Pelaksanaan pembelajaran.

3.4.Penilaian ( Post Test )

2. Pemahaman dan Afektif Siswa

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata pemahaman mengandung arti proses, perbuatan cara memahami atau memahamkan. Dalam pembahasan PTK kali ini, kata tersebut biasa berkembang pada level kognitif dan diharapkan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari sekedar pemahaman. Indikator pemahaman dalam taxonomi Bloom berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan untuk menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.. Kata kerja yang diperoleh harus operasional, dengan pengertian bahwa kompetensi dan perilaku tersebut dapat diukur unjuk kerjanya. Hal ini penting untuk menunjukkan apakah tujuan instruksional yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak pada akhir pembelajaran. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa mencapai pada aspek penerapan dan analisis. Dia mampu menerapkan nilai-nilai itu dalam contoh tindakan kehidupan sehari hari, dan mampu menganalisis setiap kejadian berdasarkan prinsip iman kepada hari akhir.

Dalam hal afektif, paling tidak siswa dapat mencapai dua aspek, yaitu receiving dan responding. Maksudnya, siswa dapat mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa diberikan tayangan film dan gambar-gambar yang diiringi dengan music. Mereka diajak berpartisipasi dan berapresiasi. Mereka mengenal, menerima nilai-nilai, dan kemudian memberikan respon dalam bentuk perasaannya.

Keimanan merupakan sesuatu yang mendasar dan melekat dalam hati manusia. Ia tidak mudah berubah dan merupakan sumber motivasi yang sangat besar. Pembelajaran Iman kepada hari akhir bukan hanya memberikan pemahaman kepada siswa, tetapi juga aspek afektif yang harus menginternal dalam hatinya dan kemudian mengejawantah dalam tindakan kesehariannya. Kalau kita lihat standar kompetensi dan kompetensi dasarnya sesuai dengan kurikulum yang ada adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Meningkatkan keimanan kepada hari akhir

1. Membaca dan mengartikan dalil naqli dan akli tentang hari akhir

2. Menjelaskan pengertian hari akhir

3. Menjelaskan beberapa peristiwa pada hari akhir

4. Mejelaskan hikmah beriman kepada hari akhir

G. Rencana Penelitian

1. Seting dan Karakteristik subjek penelitian

Setting Penelitian dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 4 Serang pada semester II tahun pelajaran 2009/2010

Penelitian dilakukan secara kolaborasi antara dua orang guru Agama Islam SMP Negeri 4 Kota Serang dan satu guru agama SMP YP 17-2 satu atap . Jumlah siswa kelas IX B terdiri dari 23 laki-laki dan 24 wanita.

Karakteristik siswa kelas tersebut relatif sama dengan kelas lainnya, yaitu memiiki prestasi belajar cenderung sama dengan kelas lainnya demikian pula sosial ekonominya. Status keluarganyapun cenderung sama.

2. Faktor-faktor yang diteliti

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diamati adalah factor siswa dan guru yang bersangkutan. Faktor siswa difokuskan pada :

  1. Respon siswa terhadap pembelajaan meliputi : (1) interaksi antar siswa dan atau dengan guru (2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk setiap 10 menit
  2. Daya serap siswa terhadap pembelajaran

Sedangkan faktor guru difokusan pada :

Keterampilan dan kreativitas guru dalam menggunakan metode multi media yang mencakup:

a. Keterampilan guru pada tahap pendahuluan : memberi perhatian pada siswa, menarik perhatian siswa, pelaksanaan apersepsi

  1. Keterampilan dan kreativitas guru pada kegiatan inti : tahap orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide, penggunaan ide, riview;
  2. Keterampilan menutup : menciptakan siswa bertanya jawab, pelaksanaan post test, membuat kesepkatan untuk pembelajaran berikutnya

3. Rencana Tindakan

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti:

ü menentukan kelas penelitian : Kelas yang akan dijadikan penelitian adalah kelas IX B SMP Negeri 4 Kota Serang

ü menyiapkan rencana persiapan pembelajaran : Guru menyiapkan RPP tentang Iman Kepada Takdir Allah SWT lengkap dengan pointer-pointer yang telah disusun dalam power point

ü menetapkan fokus aspek perilaku yang akan diobservasi. Fokus aspek perilaku yang akan diobservasi adalah pemahan dan afektif siswa dalam pembelajaran iman kepada takdir Allah SWT. yang kemudian dirinci dalam bentuk indicator-indikator dari kedua aspek itu

ü menetapkan tehnik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan kuisioner

ü menentukan observer, alat bantu observasi, dan pedoman observasi. Yang bertindak sebagai observer yaitu 2 orang guru agama, alat bantu observasi, seperti handycam atau alat pengambil gambar

ü menetapkan cara refleksi dan pelaku refleksi

ü menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah. Misalnya dengan menggunakan criteria seperti dibawah ini :

Tingkat keberhasilan siswa dalam % dan keaktifan siswa10/ menit

Ø 80 % ke atas Sangat tinggi

Ø 70 - 79 % Tinggi

Ø 60 - 69 % Cukup

Ø 50 - 59 % Rendah

Ø 49 % ke bawah Sangat rendah

2. Tahap pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai
rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan
pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai
berikut:

1. Tahap Pendahuluan

a. Apersepsi dan pretest: Peneliti memulai membuka pointer-pointer pendahuluan; membuka pengalaman lama yang berkaitan dengan tema baru kemudian menghubungkannya

b. Motivasi : Peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar mengikuti pembelajaran serta berpastisipasi aktif secara kognitif dan afektif

2. Tahap Inti :

a. Siswa menyimak dan berapresiasi secara aktif terhadap pointer-pointer yang disajikan peneliti

b. Siswa menyimak tayangan potongan film kemudian menyimak pemparan peneliti

c. Siswa bertanya jawab berkaitan dengan pointer yang disajikan

d. Siswa mengulas materi dengan membaca buku serta pengabsenan

3. Tahap Penutup:

a. Siswa dan peneliti menyimpulkan materi

b. postest

3. Tahap Observasi

Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator
melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh
kolaborator dalam lembar observasi, di antaranya: (1) respon siswa, (2) perubahan
yang terjadi selama proses pembelajaran; (3) keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan (4) kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu kelancaran bercerita, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogis penalaran, dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam menceritakan pengalamannya yang mengesankan.

Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi, kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan yang telah dicatat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.

Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% dari 47 siswa kelas IX B SMP Negeri 4 Kota Serang.

5. Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut ini:

1) Tes : Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan afektif siswa dalam pembelajaran iman kepada hari akhir

2) Non Tes : Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain observasi dan wawancara

6. Indikator Kinerja

Kriteria keberhasilan kinerja ditetapkan sebagai berikut :

Tingkat keberhasilan dalam % dan keaktifan siswa/10 menit

* 80 % ke atas Sangat tinggi

* 70 - 79 % Tinggi

* 60 - 69 % Cukup

* 50 - 59 % Rendah

* 49 % ke bawah Sangat rendah

7. Tim Peneliti

Tim peneliti terdiri dari :

No.

Nama

Peran

Tugas

1.

Ahmad Fathullah, S.Ag

Peneliti

Melakukan PTK

2.

Dra. Hj. Azah Muazah

Observer

Mengamati proses mengajar Guru/peneliti

3.

Raudlotul Jannah, S.Ag

Observer

Mengamati proses belajar siswa

H. Langkah-Langkah Kegiatan (prosedur) Penelitian

Hipotesa tindakan

Kajian teori

tujuan

Perumusan masalah

Identifikasi masalah (refleksi awal)

Penelitian ini menggunakan jenis Peneltian Tindakan Kelas. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat pada skema berikut :

Perencanaan tindakan

Analisis data

Pelaksanaan tindak an dan observasi

Indikator kebehasilan

refleksi

tercapai

STOP

Belum tercapai


I. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan 2 minggu, terhitung mulai awal ajaran yakni bulan Juli hingga bulan oktober 2010. Adapun rincian jadwalnya sebagai berikut :

No.

Kegiatan

Waktu

Keterangan

1.

Persiapan

i. Penyusunan RPP

ii. Penyusunan instrument

iii. Koordinasi dengan anggota

2 minggu

2.

Pengumpulan Data :

1. Pelaksanaan tindakan siklus I

2. Analisis dan Refleksi

3. Pelaksanaan tindakan siklus II

4. Analisis dan Refleksi

5. Pelaksanaan tindakan siklus III

6. Analisis dan Refleksi

1 minggu

2 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

3.

Pengolahan dan Analisis Data :

a. Tabulasi data

b. Pengolahan dan Analisis data

1 minggu

2 mingu

4.

Penulisan Laporan

2 minggu

5.

Jumlah waktu yang digunakan

14 inggu

J. Rencana Anggaran

1. Honor :

a. Penyusunan proposal Rp 500.000,-

b. Penyusunan instrument Rp 400.000,-

c. Pengumpulan data Rp 400.000,-

d. Pengolahan data Rp 500.000,-

e. Analisis data Rp 500.000,-

f. Penulisan laporan Rp 500.000,-

Jumlah Rp 2.800.000,-

2. Bahan :

a. Pembelian ATK Rp 500.000,-

3. Lain-Lain :

a. Konsumsi Rp 500.000,-

b. Sewa laptop dan infocus Rp 600.000,-

c. Foto kopi Rp 200.000,-

d. Sewa handycam/camera digital Rp 300.000,-

e. Cuci cetak film Rp 150.000,-

f. Jumlah Rp 1.750.000,-

4. Jumlah Total Rp 5.050.000,-

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, Jakarta : Balai Pustaka

Boyle, Tom.1997, Design for Multimedia Learning. Hertfordshire: Prentice Hall.

Hanafiah,Nanang, 2008, Masalah-Masalah Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : UNINUS

http://romisatriawahono.net/2008/03/03/7-langkah-mudah-membuat-multimedia-pembelajaran/

Mulyasa,E, 2008, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja Rosda Karya

Suciati (2001). Taksonomy Tujuan Instruksional. Jakarta : Pusat Antar Universitas-PPAI

Taxonomi Tujuan Instruksional ditulis dalam www.learning.cqu.edu.au/curric_design.php,Universitas Bina Nusantara

Wahono, Romi Satria, 7 Langkah membuat pembelajaran multi media dalam : eLearning